TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Antiseptik Sebagai Obat Kumur -
Peranannya terhadap Pembentukan
Plak Gigi dan Radang Gusi
Prijantojo
Laboratorium Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, Jakarta
PENDAHULUAN
Peranan plak gigi terhadap terjadinya kelainan
periodontal
sudah dikenal selama hampir 80 tahun
(1,2,3)
. Kelainan periodontal
yang lanjut biasanya ditandai dengan adanya radang
jaringan
lunak, kerusakan mcmbran periodontal, kerusakan tulang
serta
bergeraknya epithelial attachment ke arah
apikal
(4)
.
Sebelum ditemukan bahan-bahan kimia khususnya anti-
septik yang dapat menghambat pertumbuhan plak gigi,
usaha
untuk mengurangi/mencegah pertumbuhan plak dilakukan
se-
cara mekanis dengan memakai sikat gigi
(5)
. Cara ini ternyata
kurang efektif, karena hanya berperan terhadap plak
gigi yang
supragingival. Di samping itu cara ini tidak mungkin
dilakukan
secara sempurna pada tiap individu karena adanya
beberapa
faktor misalnya letak gigi yang berjejal. Untuk
mencegah ter-
jadinya plak yang merupakan kumpulan mikroorganisme
secara
sempurna, maka para pakar di bidang periodontologi
mengada-
kan penelitian-penelitian menggunakan
antiseptik yang mem-
punyai sifat antibakteri. Kebanyakan antiseptik
dikemas dalam
bentuk obat kumur, walaupun ada beberapa yang dikemas
dalam
bentuk gel/pasta gigi.
Pemakaian antiseptik sebagai obat kumur mempunyai
peran
ganda yaitu sebagai pencegahan langsung pertumbuhan
plak
gigi supragingiva dan sebagai terapi langsung terhadap
plak gigi
subgingiva
(5)
. Sampai sekarang kontrol plak secara kimia
dengan menggunakan antiseptik sebagai obat kumur
berkembang de- ngan pesat baik di lingkungan dokter
gigi
maupun di kalangan masyarakat.
Pada makalah ini akan dibahas peran beberapa macam
anti-
septik yang merupakan bahan dasar obat kumur dalam
upaya
mencegah atau mengurangi terjadinya kelainan
periodontal ter-
masuk radang gusi.
PEMBAHASAN
Antiseptik merupakan suatu senyawa yang dapat mengham-
bat pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme tanpa
merusak secara keseluruhan
(6)
. Sebagai antibakteri, pemakaian
antiseptik sebagai obat kumur bertujuan untuk
menghambat
pertumbuhan bakteri plak
(7)
. Karena bakteri plak merupakan
penyebab kelainan periodontal maka diharapkan
pemakaian obat
kumur akan dapat mengurangi terjadinya kelainan
periodontal
(8)
.
Para dokter gigi yang bekerja di klinik
ternyata mendukung
pendapat beberapa peneliti bahwa kontrol plak secara
kimia
dengan menggunakan antiseptik sangat membantu kontrol
plak
secara mekanis
(9-12)
.
Dalam makalah ini dikemukakan beberapa macam anti-
septik yang digunakan sebagai bahan dasar obat kumur
yang
dipasarkan di Indonesia.
LISTERIN
Listerin dipasarkan dengan merek dagang Listerin®, me-
rupakan antiseptik yang efektif sebagai anti plak. Uji
coba klinis
antara 760 hari menunjukkan adanya hambatan
pembentukan
plak dan radang gingiva bila digunakan untuk membantu
kontrol
plak secara mekanis
(13,14,15)
. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Lamser dkk. selama 6 bulan, yang menunjukkan
bahwa listerin dapat mengurangi penimbunan plak dan
menu-
runkan derajat keradangan gingiva
(16,17)
.
Gordon dkk.
(18)
melakukan penelitian untuk membuktikan
pengaruh listerin terhadap pembentukan plak dan
gingivitis.
Pada penelitian ini dilibatkan 144 mahasiswa
kedokteran gigi
dan staf Fakultas Kedokteran Gigi di Dickinson, umur
antara
1854 tahun. Orang percobaan kumur-kumur dengan
larutan
listerin 2 kali sehari sebanyak 20 ml tiap kali kumur
selama 30
Dibacakan pada Seminar Sehari tentang Periodontogi
(One Day Course on
Periodontogy), Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran. Bandung.
12 Agustus 1993.
Cermin Dunia Kedokteran No. 113, 1996
28
detik. Selama 6 bulan penggunaan obat kumur diawasi
oleh
petugas kecuali hari libur dan 3 bulan terakhir. Evaluasi
di-
lakukan pada bulan 1, 3,6,9. Hasilnya menunjukkan
penurunan
skor plak yang bermakna pada bulan 1, 3 dan 6 bila
dibanding-
kan dengan kelompok kontrol (kumur dengan
air) sebesar 12,1%,
18,3%, 18% pada bulan 1, 3 dan 6. Pada 3 bulan
terakhir hanya
85 orang percobaan dievaluasi. Hasil evaluasi
menunjukkan
adanya penurunan indeks plak yang bermakna yaitu
sebanyak
15,5%, 20,9%, 23,7% dan 19,5% pada bulan 1, 3, 6 dan
9.
Terhadap radang gingiva, didapat penurunan indeks
radang se-
banyak 0,9%, 7,9%, 10,4% pada bulan 1, 3 dan 6. Bila
diban-
dingkan dengan kelompok kontrol (kumur dengan air)
maka
penurunan indeks radang ini tidak bermakna. Pada bulan
ke 9,
85 orang dan 144 orang percobaan dievaluasi perubahan
indeks
radang gingivanya; hasilnya didapat penurunan indeks
radang
gingiva sebanyak 5,1%, 9,0%, 20,8% dan 23,9% pada
bulan 1,3,
6, dan 9. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
(kumur
dengan air) hasil ini menunjukkan perbedaan yang
bermakna.
Penelitian 1ain melibatkan 131 orang percobaan yang
pada
akhir percobaan tinggal 103 orang. Orang percobaan
dibagi
dalam 3 kelompok yaitu kelompok I kumur dengan
listerin 4 kali
sehari. kelompok II kumur dengan listerin 2 kali
sehari dan
kelompok III kumur dengan air/plasebo 2 kali sehari.
Penelitian
dilakukan selama 2 minggu dan menunjukkan hasil
sebagai
berikut: Pada kelompok kumur 4 kali sehari terjadi
penurunan
indeks plak sebanyak 48,2%, kelompok 2 kali kumur
sebanyak
38,8%. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
didapatkan
perbedaan yang bermakna.
Hasil evaluasi radang gingiva mendapatkan penurunan
in-
deks radang gingiva sebanyak 59,6% pada kelompok kumur
4
kali sehari dan 56,4% pada kelompok kumur 2 kali
sehari. Bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol maka didapatkan
per-
bedaan yang bermakna; namun bila kelompok kumur 4 kali
se-
hari dibandingkan dengan kelompok kumur 2 kali sehari
tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna.
POVIDONE IODINE
Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan
dengan merek dagang Betadine® (untuk selanjutnya kami
sebut
betadine) sebagai antiseptik mempunyai sifat
antibakteri. Obat
kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia
setelah
pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah
(20,21)
. Efek betadine
terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada
konsentrasi
yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mu1ut
(22)
. Bila di-
bandingkan dengan chlorhexidine, betadine hanya
sedikit mem-
punyai sifat anti p1ak
(23)
.
Addy dkk.
(22)
mengadakan penelitian untuk membuktikan
pengaruh povidone iodine (Betadin) terhadap
pembentukan plak
dan jumlah bakteri dalam ludah. Penelitian dilakukan
terhadap
18 orang percobaan yang dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu ke-
lompok yang kumur dengan betadin dan kelompok lain
kumur
dengan plasebo/air. Masing-masing orang percobaan
kumur-
kumur dengan betadine/plasebo 2 kali sehari sebanyak
10 ml tiap
kali kumur selama 1 menit. Percobaan dilakukan selama
10 hari
dengan kontrol pada hari 2,4,5,6,9. Hasil evaluasi
sampai akhir
percobaan menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna
dari
indeks plak antara kedua kelompok, namun didapatkan
penurun-
an jumlah bakteri dalam ludah sebanyak 39,2% bakteri
aerob dan
31,3% bakteri anaerob. Penurunan terjadi 12 jam
setelah
kumur-kumur. Bila dibandingkan dengan chlorhexidine
penu-
runan jumlah bakteri jauh berkurang(
24)
. Penelitian menyimpul-
kan bahwa povidon iodin tidak dianjurkan
untuk membantu
kebersihan mulut dan perawatan gingivitis karena tidak
dapat
menurunkan terjadinya penumpukan plak sehingga radang
gusi
akan terus berlangsung
(22)
.
HEXETIDINE
Hexetidine sebagai obat kumur dipasarkan dengan merek
dagang Bactidol® termasuk golongan antiseptik dan
merupakan
derivat piridin
(25)
. Mempunyai sifat antibakteri, bermanfaat un-
tuk bakteri Gram positif dan Gram negatif, dan dapat
digunakan
untuk mengurangi terjadinya keradangan. Hexetidine
merupakan
antibakteri dengan spektrum luas dengan konsentrasi
rendah
bermanfaat untuk mikroorganisme rongga mu1ut
(26)
. Hexetidine
dapa digunakan pada penderita dengan radang rongga
mulut dan
nasopharynx
(26,27,28)
. Pernyataan ini dibuktikan pada percobaan
dengan larutan 0,1 % hexetidine sebagai obat kumur
pada orang-
orang Anglo di Amerika yang menderita radang rongga
mulut;
ternyata radang dapat sembuh dengan baik. Hal ini
berarti
hexetidine akan bermanfaat untuk penderita dengan
kelainan
periodontal yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penelitian
1ain
(29)
membuktikan bahwa hexetidine dapat mengikat protein
mukosa mulut sehingga dapat menguntungkan hexetidine
seba-
gai antibakteri. Pendapat ini diperkuat oleh Bourgonet
(30)
yang
mengatakan bahwa hexetidine dapat memperpanjang efek
anti-
bakteri karena adanya ikatan dengan protein mukosa.
Ikatan pro-
tein tersebut akan menghambat metabolisme mikroorganisme
yang berada pada permukaan mukosa dan plak. Ikatan
dengan
mukosa dan plak ini terjadi selama 7 jam setelah kumur
(31)
. Pe-
nelitian menggunakan larutan 0,1% hexetidine sebagai
obat
kumur pada orang-orang percobaan selama 14 hari dapat
menu-
runkan radang gingiva sampai 34% pada hari ke 7 dan
38% pada
hari ke 15
(37)
, tergantung dari keparahan keradangan maka rata-
rata akan sembuh selama 4 minggu
(33)
.
Hexetidine juga dapat menghambat pertumbuhan plak, te-
tapi kurang efektif bila dibandingkan dengan
chlorhexidine
(31)
.
Penelitian dengan menggunakan larutan 0,1% hexetidine
se-
bagai obat kumur yang dipakai 2 kali sehari sebanyak
10 ml tiap
kali kumur selama 3060 detik, menyebabkan penurunan
indeks
plak sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 52% pada hari ke
7. Bila
dibandingkan dengan plasebo penurunan terjadinya
akumulasi
plak tidak ada berbeda bermakna
(32,34)
.
HIDROGEN PEROKSIDA
Hidrogen peroksida (H,0 merupakan antiseptik karena
dapat melepaskan oksigen sebagai zat aktif
(35)
. Sebagai obat
kumur biasanya dipakai konsentrasi 3%.
Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur dapat
mencegah/menghambat pertumbuhan bakteri plak
(36,37,38)
. Ham-
Cermin Dunia Kedokteran No. 113, 1996 29
batan ini dimungkinkan karena oksigen yang dilepaskan
oleh
hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein kuman
sehingga
enzim kuman sebagai penyebab radang gingiva menjadi
tidak
aktif
(35)
. Hampir 50% mikroorganisme anaerob terdapat pada
radang gingiva dan sangat sensitif terhadap oksigen.
Penggunaan
larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur 3
kali sehari
selama 2 minggu dapat menurunkan pembentukan plak
sebanyak
50% dan menurunkan indeks radang gingiva sebanyak 22%.
Pemakaian hidrogen peroksida 1% selama 5 hari juga
dapat
mengurangi terjadinya radang gingiva dan menghambat
pem-
bentukan plak
(37)
. Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3%
sebagai obat kumur selama 4 hari menunjukkan penurunan
indeks plak sebanyak 34% dan mengurangi terjadinya
radang
gingiva
(39)
. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
hidrogen peroksida sangat membantu kontrol plak secara
mekanis.
CHLORHEXIDINE
Chlorhexidine merupakan derivat disquanid dan yang
umumnya digunakan dalam bentuk glukonatnya. Mempunyai
antibakteri dengan spektrum luas, efektif terhadap
Gram positif
an Gram negatif meskipun untuk jenis yang terakhir
efektivi-
tasnya sedikit lebih rendah
(6)
. Chlorhexidine sangat efektif
mengurangi radang gingiva dan akumulasi p1ak
(40)
, pendapat ini
sesuai pendapat bahwa larutan chlorhexidine sangat
efektif di-
gunakan untuk plak kontrol pada perawatan radang
gingiva
(42-44)
.
Efek anti plak chlorhexidine tidak hanya
bakteriostatik
tetapi juga mempunyai daya lekat yang lama pada
permukaan
gigi sehingga memungkinkan efek bakterisid
(45,46)
. Dengan
demikian akumulasi plak dapat dicegah, sehingga
mengurangi
terjadinya radang gingiva.
Berbagai percobaan klinis menggunakan obat kumur me-
ngandung chlorhexidine telah banyak dilakukan dan
ternyata
chlorhexidine berpengaruh terhadap gingivitis dan
periodontitis.
Pengaruh ini pertama-tama dilaporkan oleh Loe dan
Schiott
(47)
pada golongan Aarthus bahwa chlorhexidine dapat
mengham-
bat pertumbuhan plak dan mencegah terjadinya radang
gingiva.
Pembentukan plak dapat dicegah dengan kumur-kumur
larutan
chlorhexidine 0,2%,dan tidak tampak tanda-tanda radang
gingiva
setelah beberapa minggu walaupun tanpa membersihkan
mulut
secara mekanis. Dinyatakan pula bahwa perawatan radang
gingiva
dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur
chlorhexidine.
Pernyataan ini menguatkan percobaan yang telah
dilakukan di
beberapa negara, bahwa chlorhexidine dapat menghainbat
per-
tumbuhan plak dan mencegah terjadinya radang gingiva
(48)
.
Percobaan terhadap sekelompok anggota militer
menggunakan
obat kumur chlorhexidine dua kali sehari untuk
membantu
melakukan kebersihan mulut selama 4 (empat) bulan,
hasilnya
menunjukkan penurunan pertumbuhan plak
(49)
. Namun di regio
yang terdapat poket dengan kedalaman 3 mm penurunan
indeks
keradangan kurang bermakna.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh chlorhexidine
terhadap
plak subgingival berkurang dibandingkan dengan plak
supra-
gingival. Untuk meningkatkan pengaruh chlorhexidine
terhadap
radang jaringan periodonsium yang mengandung poket
perlu
dilakukan skeling.
Cara pemberian, frekuensi pemakaian serta konsentrasi
chlorhexidine ternyata mempunyai pengaruh. Aplikasi
0,2%
larutan chlorhexidine dibandingkan dengan kumur-kumur
mem-
berikan hasil yang sama efektif
(50)
. Cara aplikasi ini tidak selalu
dapat dilakukan di tiap individu, tergantung dari
keadaan klinis
penderita. Untuk hasil yang baik dari menyikat gigi 2
kali sehari
menggunakan 1% chlorhexidine gel di daerah dengan pem-
bentukan poket perlu dilakukan skeling
(51)
. Aplikasi pasta
chlorhexidine pada sekelompok anak-anak muda sekali
sehari
menghasilkan penurunan indeks baik plak maupun radang
gingiva,
tetapi kurang baik bila dibandingkan dengan pemberian
2 (dua)
kali sehari. Pemakaian chlorhexidine pada anak-anak
yang ter-
belakang (mentally retarded) juga memberikan
hasil yang ku-
rang memuaskan walaupun ada penurunan indeks plak dan
ra-
dang gingiva
(53)
. Penelitian lain menyatakan bahwa ada pertum-
buhan plak pada pemakaian chlorhexidine dengan
konsentrasi
yang rendah, walaupun tidak menunjukkan tanda-tanda
akan
terjadi radang gingiva
(54)
. Percobaan yang dilakukan terhadap
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi di Norwegia selama
2
tahun menunjukkan perbedaan yang kurang bermakna
antara
grup kontrol yang melakukan penyikatan gigi dengan
baik di-
bandingkan kelompok percobaan yang mcnggunakan obat
ku-
mur chlorhexidine 0,2%
(22)
. Hasil ini menunjukkan bahwa
kontrol plak secara khemis pada penderita dengan
kebersihan
mulut yang baik, tidak mempengaruhi kondisi gingiva
secara
nyata.
MEKANISME KERJA CHLORHEXIDINE
Seperti telah disebutkan di atas chlorhexidine
mempunyai
pengaruh yang luas terutama untuk bakteri Gram positif
dan
Gram negatif, bakteri ragi juga jamur
(56)
. Pada pH fisiologis
chlorhexidine mengikat bakteri di permukaan rongga
mulut;
tergantung konsentrasinya, dapat bersifat
bakteriostatik atau
bakterisid. Sifat bakteriostatik bila konsentrasi
antara 432 ug/
m1
(57)
; konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan efek
bakterisid, karena terjadinya presipitasi protein
sitoplasma. Efek
bakterisid kurang penting dibandingkan dengan efek
bakterio-
statik
(58)
.
Hambatan pertumbuhan plak oleh chlorhexidine dihu-
bungkan dengan sifat chlorhexidine untuk membentuk
ikatan
dengan komponen-komponen pada permukaan gigi
(45,46)
. Ikatan
tersebut terjadi 1530 detik setelah kumur dan lebih
dari 1/3
bagian chlorhexidine diserap dan melekat, namun jumlah
pe-
lekatan sebanding dengan konsentrasinya
(59)
. Penelitian menun-
jukkan bahwa pelekatan akan terjadi sampai 24 jam,
yang berarti
sebanding dengan efek bakteriostatik terhadap bakteri
(60)
.
Dasar yang kuat untuk mencegah terbentuknya plak
adalah
terjadinya ikatan antara chlorhexidine dengan
molekul-molekul
permukaan gigi antara lain polisakarida, protein,
glikoprotein
dan saliva, pelikel, mukosa serta permukaan dari
hidroxiapatit.
Akibat terjadinya ikatan-ikatan tersebut maka
pembentukan plak
yang merupakan penyebab utama dan radang gingiva
diham-
bat . Penelitian menunjukkan bahwa larutan 0,2%
chlorhexidine
(58)
sebagai obat kumur selama 1 minggu menurunkan indeks
plak
sebanyak 72% pada hari ke 3 dan 85% pada hari ke 7,
dan terjadi
Cermin Dunia Kedokteran No. 113, 1996
30
penurunan indeks radang gingiva sebanyak 32% pada hari
ke 3
dan 77% pada hari ke 7
(61)
.
Tabel penurunan indeks plak dan indeks radang gingiva
dari beberapa
antiseptik dibandingkan dengan plasebo/air
Antiseptik
(Obat kumur)
Lama
Pemakaian
Penurunan
Indeks plak
(dalam %)
Penurunan
Indeks radang
gingiva
(dalam %)
Listerin®
Povidone Iodine
(Betadine(&)
Hexetidine
(Bactidol ®)
Hidrogen Peroksidase
(H
2
O
2
3%)
Chlorhexidine
Gluconate 0,2%
(Minosep®)
1 bulan
3 bulan
6 bulan
9 bulan
10 hari
3 hari
7 hari
14 hari
14 hari
3 hari
7 hari
15,5
20,9
23,7
19,5*
Kurang
bermakna
25
52*
-
50*
72*
85*
5,1
9
20,8
23,9*
Kurang
bermakna
24
37
58*
22*
32
77*
Keterangan:
* Bermakna
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Bakteri plak merupakan penyebab utama terjadinya
radang
gusi; mencegah atau mengurangi akumulasi plak akan
dapat
mengurangi terjadinya radang gusi.
Bahan antiseptik sebagai obat kumur sangat membantu
mencegah terjadinya akumulasi plak dan menurunkan
radang
gusi.
Listerin, Hexetidine, Hidrogen peroksida, dan
Chlorhexi-
dine dapat membantu kontrol plak secara mekanis.
Povidone iodine (Betadine®) bukan untuk membantu kon-
trol plak secara mekanis karena menurunkan indeks plak
dan
indeks radang gusi secara tidak bermakna, meskipun
dapat
mengurangi jumlah bakteri dalam ludah.
KEPUSTAKAAN
1. Axelsson P. Lindhe J. Effect of controlled oral
hygiene procedures on caries
and periodontal disease in adults-results after 6
years. J. Clin. Periodontol.
1981; 8: 23948.
2. Loe H, Theilade E. Jensen SB. Experimental
gingivitis in man. J. Periodon.
1965; 36: 17787.
3. Theilade E. Wright WH, Jensen SB, Loe H.
Experimental gingivitis in
man. II. A longitudinal clinical and bacteriological
investigation. J.
Periodon. Res. 1966; 1: 113.
4. Page. Schroeder HE. Pathogenesis of inflammatory
oeriodontal disease. A
summary of current work. Lab. Invest. 34: 235249.
5. Addy M. Chlorhexidine compared with other locally
delivered antimicro
bial. J. Clin. Penodontol. 1986; 13: 95764.
6. Kartanegara SS. Farmakologi beberapa qptiseptik dan
infeksi nosokomial.
Penataran Pengelolaan/lsolasi Penderita Penyakit
Menular. Dit. P3M Dep.
Kes. RI. Jakarta
26-31 Maret 1984.
7. Lusk SS, Bower GM, Watso Wi, Moffitt WC, Tow HD.
Effect of an oral
rinse on experimental gingivitis, plaque formation and
formed plaque. J.
Am. Soc. Preventive Dentistry 1974; 4: 314.
8. Axelsson P. Lindhe J. The effect of preventive
program on dental plaque,
gingivitis and canes Result after one and two years.
J. Clin. Periodontol.
1974; 1: 12638.
9. Suomi JD, Greene JC, Vermillion JR. Doyle J, Chang
ii, Leatherwood EC.
The effect of controlled oral hygiene procedures on
the progression of
periodontal disease in adults : Results after third
and final year. J.
Periodont. l97l;42: 15260.
10. Lang NP. The implications of antiseptics, enzymes
and vaccines in plaque
0 komentar:
Posting Komentar